PERMAINAN KELERENG

Menjelang hari libur kayak gini jadi ingat waktu kecil, waktu masi asik main-main, dulu paling gemar kalau suruh main kelereng, sampai lupa waktu (lupa makan, lupa Sholat) sampai-sampai dimarahin orang tua baru pulang.

Sekarang jarang temui permainan ini, anak-anak lebih sibuk main PS, Game Hp, atau internet, dalam kesempatan kali ini saya coba bercerita tentang permainan kelereng.

Orang Betawi menyebut kelereng dengan nama gundu. Orang Jawa, neker. Di Sunda, kaleci. Palembang, ekar, di Banjar, kleker. Sejak abad ke-12, di Prancis,  kelereng disebut dengan bille, artinya bola kecil. Lain halnya di Belanda, para Sinyo-Sinyo itu menyebutnya dengan knikkers. Lantas, adakah pengaruh Belanda, khususnya di Jawa, knikkers diserap menjadi nekker? Mengingat, Belanda pernah ‘numpang hidup’ di Indonesia.
Tahun, 1694. Di Inggris ada istilah marbles untuk menyebut kelereng. Marbles sendiri digunakan untuk menyebut kelereng terbuat dari marmer yang didatangkan dari Jerman. Namun, jauh sebelumnya, anak-anak di Inggris telah akrab menyebutnya dengan bowls atau knikkers. Kelereng populer di Inggris dan negara Eropa lain sejak abad ke-16 hingga 19. Setelah itu baru menyebar ke Amerika. Bahan pembuatnya adalah tanah liat dan diproduksi besar-besaran.

Jauh pada peradaban Mesir kuno, tahun 3000 SM, kelereng terbuat dari batu atau tanah liat. Kelereng tertua koleksi The British Museum di London berasal dari tahun 2000-1700 SM. Kelereng tersebut ditemukan di Kreta pada situs Minoan of Petsofa.

Pada masa Romawi, permainan Kelereng juga sudah dimainkan secara luas. Bahkan, menjadi salah satu bagian dari festival Saturnalia, yang diadakan saat menjelang perayaaan Natal. Saat itu semua orang saling memberikan sekantung biji-bijian yang berfungsi sebagai kelereng tanda persahabatan. Salah seorang penggemar kelereng adalah Octavian, kelak menjadi Kaisar Agustus. Layaknya permainan, di Romawi saat itu juga mempunyai aturan-aturan resmi. Peraturan tersebut menjadi dasar permainan sekarang.

Teknologi pembuatan kelereng kaca ditemukan pada 1864 di Jerman. Kelerang yang semula satu warna, menjadi berwarna-warni mirip permen. Teknologi ini segera menyebar ke seluruh Eropa dan Amerika. Namun, akibat Perang Dunia II, pengiriman mesin pembuat kelereng itu sempat terhenti dan akhirnya masing-masing negara mengembangkannya sendiri.


Gak nyangka ya kelereng sampai keliling dunia, di tempat saya tepatnya Desa Bulu, Tuban, Jawa Timur, biasanya mereka menyebut permainan kelereng dengan sebutan Pot, sementara tata cara permainannya seperti ini.

Permainan Pot terdiri dari dua orang atau lebih, setiap orang menyetorkan kelereng sesuai jumlah perjanjian, kemudian kelereng di taruh di tengah gambar (gambarnya bisa berbentuk persegi, bisa berbentuk lingkaran) tapi kalau di tempat saya bentuknya kayak ikan, kelereng hasil setoran ditata berderet, kemudian masing-masing peserta melempar satu kelereng (Gacu), intinya siapa yang bisa menghabiskan kelereng yang ada di dalam gambar Pot itu dia yang menang dan masing-masing peserta bisa saling membunuh dengan cara mengincar menabrakan Gacu peserta lain dengan Gacu kita.

0 komentar:

Posting Komentar