IWEL - IWEL

Ada yang ngrasa asing dengan sebutan Iwel-Iwel, ini bukan nama hewan ataupun nama orang tapi ini adalah nama makanan, ya ini makanan yang ada di desa saya, yakni Desa Bulu - Tuban.

Iwel-iwel adalah makanan dari ketan bercampur dengan gula dan terbungkus dalam daun pisang biasanya berbentuk segi tiga, kalau di tempat lain mungkin banyak di pasaran karena memang termasuk jajan pasar tapi kalau di desa ini, Iwel-iwel hanya akan muncul ketika ada syukuran kelahiran bayi, kalau saya menyebutnya, Iwel-iwel adalah jajanan langkah, bukan jajanan pasar yang setiap hari pasti ada.







Berikut Bahan - Bahan Pembuatan Iwel-Iwel
  • Tepung ketan putih
  • Kelapa yang sudah di parut
  • Gula merah atau gula pasir
  • Garam
  • Daun pisang dan lidi
(diatur sendiri supaya seimbang ya)

Cara Pembuatan
  • Campurkan semua bahan kecuali daun pisang dan lidi.
  • Ambil adonan dan  letakkan pada potongan daun pisang kemudian isi gula merah di dalamnya dan bungkus adonan dengan daun pisang.
  • Jika sudah kukuslah hingga matang dan Iwel-iwel pun siap di santap.

LIRIK GUNDUL-GUNDUL PACUL



Pasti semua sudah tak asing lagi dengan lagu yang satu ini, lagu yang kerap dinyanyikan oleh anak-anak kecil sebagagai bahan ledekan temannya, terutama yang berpotongan rambut gundul.
Pengarang Lagu dan Lirik : R.C. Hardjosubroto

Gundul gundul pacul cul gelelengan
Nyunggi nyunggi wakul kul gembelengan

Wakul ngglimpang segane dadi sak ratan
Wakul ngglimpang segane dadi sak ratan
 
Siapa yang menyangka bahwa lagu ini memiliki makna yang luar biasa, pesan moral yang mendalam terutama bagi seorang pemimpin.
Sedikit ulasan tentang lagu ini.
Meski di setiap buku lagu-lagu daerah nama R. C. Hardjosubroto tercantum sebagai pencipta lagu Gundul-Gundul Pacul, namun ada yang mengatakan konon lagu ini diciptakan pada tahun 1400-an oleh Sunan Kalijaga. Namun hal ini belum diketahui pasti kebenarannya.
Kalau di cermati lagu ini mempunyai arti filosofis yang dalam dan sangat mulia
Gundul artinya Kepala..di lagu ini maksudnya seorang pemimpin Pacul artinya alat atau sarana untuk mengolah tanah agar menghasilkan makanan... di lagu ini maksudnya orang yang berkuasa / mengendalikan sarana alat.
>> Gundul pacul berarti Seorang Pemimipin yang berkuasa
* Gemblelengan dan gelelengan artinya Sombong atau tinggi hati
* Nyunggi artinya mengangkat sesuatu di atas kepala
* Wakul artinya Bakul tempat nasi
>> Nyunggi wakul artinya membawa bakul nasi di atas kepala jadi yang dimaksud adalah menjunjung amanah kesejahteraan rakyat
* Ngglimpang artinya terguling atau jatuh
* Segane dadi sak ratan/latar artinya nasinya berantakan di tanah

Kalau di artikan secara lengkap sebagai berikut:

Gundul gundul pacul cul gelelengan
Pemimpin atau penguasa yang sombong

 Nyunggi nyunggi wakul kul gembelengan
Mengemban amanah rakyat dengan dengan sikap tinggi hati

Wakul ngglimpang segane dadi sak rattan
Akhirnya amanah jatuh dan kesejahteraan rakyat jadi terlantar

PERMAINAN KELERENG

Menjelang hari libur kayak gini jadi ingat waktu kecil, waktu masi asik main-main, dulu paling gemar kalau suruh main kelereng, sampai lupa waktu (lupa makan, lupa Sholat) sampai-sampai dimarahin orang tua baru pulang.

Sekarang jarang temui permainan ini, anak-anak lebih sibuk main PS, Game Hp, atau internet, dalam kesempatan kali ini saya coba bercerita tentang permainan kelereng.

Orang Betawi menyebut kelereng dengan nama gundu. Orang Jawa, neker. Di Sunda, kaleci. Palembang, ekar, di Banjar, kleker. Sejak abad ke-12, di Prancis,  kelereng disebut dengan bille, artinya bola kecil. Lain halnya di Belanda, para Sinyo-Sinyo itu menyebutnya dengan knikkers. Lantas, adakah pengaruh Belanda, khususnya di Jawa, knikkers diserap menjadi nekker? Mengingat, Belanda pernah ‘numpang hidup’ di Indonesia.
Tahun, 1694. Di Inggris ada istilah marbles untuk menyebut kelereng. Marbles sendiri digunakan untuk menyebut kelereng terbuat dari marmer yang didatangkan dari Jerman. Namun, jauh sebelumnya, anak-anak di Inggris telah akrab menyebutnya dengan bowls atau knikkers. Kelereng populer di Inggris dan negara Eropa lain sejak abad ke-16 hingga 19. Setelah itu baru menyebar ke Amerika. Bahan pembuatnya adalah tanah liat dan diproduksi besar-besaran.

Jauh pada peradaban Mesir kuno, tahun 3000 SM, kelereng terbuat dari batu atau tanah liat. Kelereng tertua koleksi The British Museum di London berasal dari tahun 2000-1700 SM. Kelereng tersebut ditemukan di Kreta pada situs Minoan of Petsofa.

Pada masa Romawi, permainan Kelereng juga sudah dimainkan secara luas. Bahkan, menjadi salah satu bagian dari festival Saturnalia, yang diadakan saat menjelang perayaaan Natal. Saat itu semua orang saling memberikan sekantung biji-bijian yang berfungsi sebagai kelereng tanda persahabatan. Salah seorang penggemar kelereng adalah Octavian, kelak menjadi Kaisar Agustus. Layaknya permainan, di Romawi saat itu juga mempunyai aturan-aturan resmi. Peraturan tersebut menjadi dasar permainan sekarang.

Teknologi pembuatan kelereng kaca ditemukan pada 1864 di Jerman. Kelerang yang semula satu warna, menjadi berwarna-warni mirip permen. Teknologi ini segera menyebar ke seluruh Eropa dan Amerika. Namun, akibat Perang Dunia II, pengiriman mesin pembuat kelereng itu sempat terhenti dan akhirnya masing-masing negara mengembangkannya sendiri.


Gak nyangka ya kelereng sampai keliling dunia, di tempat saya tepatnya Desa Bulu, Tuban, Jawa Timur, biasanya mereka menyebut permainan kelereng dengan sebutan Pot, sementara tata cara permainannya seperti ini.

Permainan Pot terdiri dari dua orang atau lebih, setiap orang menyetorkan kelereng sesuai jumlah perjanjian, kemudian kelereng di taruh di tengah gambar (gambarnya bisa berbentuk persegi, bisa berbentuk lingkaran) tapi kalau di tempat saya bentuknya kayak ikan, kelereng hasil setoran ditata berderet, kemudian masing-masing peserta melempar satu kelereng (Gacu), intinya siapa yang bisa menghabiskan kelereng yang ada di dalam gambar Pot itu dia yang menang dan masing-masing peserta bisa saling membunuh dengan cara mengincar menabrakan Gacu peserta lain dengan Gacu kita.

GOBAK SODOR

Sebagian pembaca pasti sudah banyak yang tau tentang Permainan Tradisional Gobak Sodor, masih ingatkan dengan Gobak Sodor? permainan tradisional orang indonesia ini kini sudah jarang di temui, begitu juga di Desa Bulu Kab. Tuban tempat aku tinggal.

Hampir seluruh wilayah indonesia mengenal yang namanya Gobak Sodor, cuma lain tempat lain nama. permainan ini sangat sederhana, hanya perlu tempat lapang kira-kira sebesar lapangan bulu tangkis dan di bagi 6 bagian yang di tandai dengan garis batas, sementara pemainnya berjumlah genap antara 6-10 orang dan di bagi dua tim.

Permainan Gobag Sodor ini mempunyai peraturan  seperti, masing-masing pemain dalam tim jaga harus bergerak di sepanjang garis melintang atau horizontal yang  telah ditentukan. Jadi kakinya harus selalu menginjak garis tersebut. Yang boleh melalui garis sodor atau vertical hanyalah penjaga garis melintang pertama yang juga sebagai sodor.  Masing-masing pemain tim serang, dari pangkalan harus berusaha melewati semua garis melintang. Dan jika salah satu pemain saja bisa kembali lagi ke pangkalan tanpa tersentuh tim jaga, maka tim serang menang. Dan bila tim jaga mampu menyentuh tim serang maka tim serang kalah.

Keberadaan permainan tradisional ini mulai jarang di jumpai seiring masuknya permainan modern dari Negara lain, tapi aku sedikit masih bisa tersenyum, pasalnya permainan ini masih diperlombakan di Pekan Olahraga tingkat Kabupaten Tuban, permainan-permainan tradisional seperti ini adalah salah satu unsur terbentuknya Bhineka Tunggal Ika. Abadikan Budaya Kita, Abadikan Warisan Leluhur Kita.

OLAHRAGA TRADISIONAL PATHOL

Sumo adalah olahraga saling dorong antara dua orang pesumo yang berbadan gemuk hingga salah satu orang keluar dari lingkaran. sumo berasal dari negara Jepang dan sudah dipertandingkan sejak berabad-abad tahun yang lalu.

Di indonesia juga ada olahraga yang mirip Sumo, yakni olahraga tradisional orang-orang pesisir pantai utara, di Desaku, tepatnya Desa Bulu kecamatan Bancar Kabupaten Tuban Jawa Timur ini memiliki olahraga tradisional yang bernama Pathol yang terkenal di daerah Rembang hingga Tuban.

 
Desa yang berbatasan antara Jawa Timur dan Jawa Tengah ini kerap mengadakan lomba Pathol, lomba gulat yang mempertandingkan antara dua orang yang  berada di tengah arena pertarungan, biasanya arena ini terbuat dari pasir , biasanya masyarakat setempat bertanding di pinggiran pantai. Kata Pathol berasa dari kata Kepathol yang artinya tidak bisa bergerak jadi aturan mainnya gampang siapa yang bisa menjatuhkan lawan lebih dulu dia yang menang, pakaiannya pun sederhana, kedua peserta hanya memakai pakaian pendek dan selendang terikat di kepala dan Pathol tak hanya orang berbadan gemuk saja yang boleh ikut tapi mereka yang berbadan kurus juga bisa ikut. Inilah Sumo dari Jawa.

Seiring perkembangan zaman keberadaan Pathol mulai hilang, kini Pathol hanya sebuah cerita sejarah yang pernah berada di desa saya, bahkan generasi sekarang banyak yang tak tau apa itu olahraga Pathol, masuknya budaya-budaya permainan bangsa asing meleburkan berhasil budaya-budaya bangsa sendiri.